Selasa, 09 Oktober 2012

Mengucap Syukur, Grace! Tuhan Baik


Gambar ini aku share dari facebooknya Jesus The Music of My Soul beberapa hari lalu. Waktu aku share sebenarnya belum ada perasaan khusus tentang gambar ini, hanya sekedar share karena bagus. Tapi setelah aku masuk minggu ini, rasanya aku mulai mengerti tentang gambar ini.
Hari senin lalu, aku bangun pagi dengan perasaan lelah.. entah kenapa, padahal aku baru aja dapet 1 hari free sabtu sebelumnya gara-gara hujan deras di seluruh Jayapura. Datang ke sekolah dan ternyata aku mendapati partnerku juga merasa yang sama. Capek banget rasanya, mana minggu ini kami para guru dikejar setoran buat persiapan penerimaan raport triwulannya PG-TK, kita harus buat portofolio gitu. Ini pertama kalinya buatku, berkali-kali diterangin aku masih 'gak dong' sama bentuk portofolio itu, sampai akhirnya tadi waktu partnerku jelasin ke guru-guru PG baru aku ngeh, dan ternyata banyak sekali yang harus dikerjakan sampai kamis besok karna jumat deadlinenya. O yeah!
Rasanya pengen ngeluh dan sudah kulakukan sih sebenarnya, sampai aku diingatkan sama gambar ini. Ada orang yang nangis karena gak punya sepatu, padahal di luar sana ada orang yang gak punya kaki. Bukankah seharusnya dia bersyukur setidaknya dia masih punya kaki. Plak! Aku ketampar sama tulisan itu..
Hari sabtu lalu, saking senangnya dapat libur gara-gara hujan, aku langsung bikin status mensyukuri hujan. Aku gak tahu kalau ternyata satu keluarga di jemaatku ada yang rumahnya kebanjiran parah gara-gara hujan itu. Agak nyesel sih nulis status itu tapi mau gimana lagi (sorry Elin :( ). Minggunya, Ibu Saba yang rumahnya kebanjiran itu cerita seberapa parah kondisi di rumahnya itu, air yang menggenang itu kotor banget :(. Aku berpikir dalam hati, ih kalau aku yang dihadapkan sama kondisi itu pasti stressnya luar biasa secara aku paling ilfil sama yang kaya begituan. Aku juga berpikir pasti Elin anaknya Ibu Saba juga stress dan mungkin mengeluh gara-gara banjir itu. Tapi selain cerita tentang banjir itu, Ibu Saba juga cerita tentang seorang kakek yang tinggal di daerah Lingkaran Abepura yang gara-gara hujan itu meninggal karena terperosok di got dan hanyut. Ngenes!
Aku pikir-pikir lagi beberapa hari ini, hmm.. banjir memang menyusahkan tapi setidaknya Ibu Saba sekeluarga masih hidup sampai sekarang. Tuhan baik :)
Sekarang tentang hari ini, aku masih bangun dengan perasaan lelah dan rasa-rasanya ingin bolos (tapi gak mungkin) padahal kemarin aku sudah ketiduran dari jam 8 malem saking capeknya. Aku buru-buru ke sekolah dan terlambat. Pagi ini messy banget deh aku. Rasanya kacau banget. Sampai akhirnya aku denger cerita tentang kecelakaan pagi ini di deket rumahku banget yang pas aku lewatin tempatnya udah gak berbekas karena mungkin langsung dibersihkan dalam rangka menyambut Pak Wapres yang hari ini datang ke Jayapura. Kecelakaannya cukup parah, karena korbannya langsung meninggal di tempat persis di depan mobil Mrs. Ganis, sesama teacher di sekolah. Sekali lagi aku diingatkan: Grace, walaupun kamu sekarang sibuk banget sampai tepar gitu tapi paling gak kamu masih hidup sampai detik ini. Hmm.. bener banget!
Dear God, aku gak mau minta Tuhan singkirkan kesibukannku karena ini tugas yang harus aku lakukan tapi aku mau minta Tuhan Yesus kasih aku kekuatan dan hikmat untuk menjalani hari-hariku dengan maximal dan penuh damai sejahtera & sukacita. Terima kasih Tuhan aku masih dikasih nafas kehidupan sampai sekarang ini. To God be the glory! Amen :)

"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." 2 Tesalonika 5:16-18




Jumat, 21 September 2012

My (new) Routine

Tadi pagi aku kebangun sama alarmku yang udah berkoar-koar dari jam 04.00 WIB aka 06.00 WIT. Aku telat bangun! Udaranya dingin karena sejak semalamnya, Jayapura diguyur hujan. Biasanya pagi udah sisa rintik-rintik atau mendungnya saja, pagi Jumat kali ini berhujan deras sekali. Dalam kondisi kelabakan karena telat bangun dan hujan deras, aku berdoa sebentar sebelum beranjak dari kasur ke kamar mandi. Byur! Airnya dingin tapi hajar bleh!

Satu hal yang langsung aku ingat waktu denger suara hujan adalah sms Mrs. Ganis buat nebeng mobilnya ke sekolah bareng. Yup, I call her Mrs just like everyone in school calls me Ms. Ini panggilan baru yang aku punya sejak 14 Juli 2012 lalu. Berhubung sekolahanku ini sekolah national plus, jadi bahasanya juga Indonesia English gitu :)

Kira-kira beginilah rutinitasku tiap pagi sekarang-sekarang ini. Bangun pagi langsung buru-buru mandi, dandan (bener-bener pake make-up), dan cari-cari seragam yang berupa setelan kemeja putih, celana kain hitam, sweater merah, scarf merah, dan high heels. Abis itu sambil dandan biasanya mamah menjejalkan nasi atau susu ke mulutku karena kalau gak gitu aku pasti gak akan keburu sarapan. Dan kalau jam udah menunjukkan pukul 7 biasanya juga papah udah teriak-teriak. Aku masuk tiap hari jam 7.20, lewat dari itu berarti absenku bakal merah dan perjalanan Kotaraja - Entrop itu pasti aja macet. Hectic banget lah kalo pagi, apalagi kalo baju seragamnya belum di setrika dari malem, dijamin telat itu paginya.

Hhhmm, seru juga kerja di sekolahan. Mau telat atau bolos itu mikirnya harus lebih dari sekali karena selalu inget sama murid-muridku. Sebagai guru kan kita harus jadi contoh yang baik terlepas dari cara dan materi belajar yang dikasih di kelas. Hal ini makin aku sadari waktu beberapa minggu lalu aku dapat materi pembelajaran dari kepala sekolah waktu kumpul sama guru-guru baru tentang unconscious teaching kalo gak salah. Itu adalah pengajaran yang kita kasih ke murid atau anak yang tanpa kita sadari, contohnya: kalo misalnya kita gak berpakaian rapi pasti anak/ muridnya juga bakal gak rapi karena yang dilihat mereka itu kita. Terus kalo misalnya kita suka berjanji dan gak ditepati udah gitu pake acara ngeles, maka anak/murid juga suatu saat akan melakukan hal yang sama karena mereka pikir dengan say sorry everthing done, padahal kan gak selamanya gitu. Aku ketegur banget dengan materi ini. Aku yang males, yang berantakan, yang suka telat, dan lain-lain ini jadi harus lebih hati-hati dan memperbaiki diri. Gak lucu kan kalo nanti anak/muridku ngikutin yang jelek-jelek dariku. 

Semangat! Semangat!
Di Jayapura udah masuk menit ke 17 di hari Sabtu. Aku harus segera tidur. Besok sekolah libur, tapi teachers tetap masuk buat preparation ngajar minggu depan. Yang menyenangkan dari besok adalah gak perlu pake seragam ke sekolah juga masuknya jam 8 dan gak perlu pulang sampai jam 4. Oke deh.. See ya! :D

Kamis, 20 September 2012

This is my now :D

Wow! It's been so long since my last writing here :)
Baca postingan terakhirku yang nampak kebingungan dan ketakutan aku jadi senyum-senyum sendiri. Hari ini, beberapa bulan setelah waktu itu, aku udah di rumah. Yup, di Jayapura City!!

Aku tiba di sini 30 Juni 2012 pagi, naik Lion Air dr Jogja bareng papah. Yang aku ingat dari penerbangan waktu itu tuh, capek! tapi keren lah.. Di Bandara Adisucipto Yogyakarta, tanggal 29 Juni 2012, sore-sore gitu ada Mas Dedi, Joel, Gatra, Yosua, Serif yang nganterin kita berdua. Dan menjelang check in, serombongan gadis cantik plus satu mas ganteng dari Pare juga datang. Ada Disi, Anind, Novi, Abidah, Zee, dan Dieqy :D kebetulan banget mereka pada mau tes UGM di Jogja dan Abidah yang mau kondangan di Solo, kita jadi bisa farewell. Seneng! Masuk ke ruang nimbang-nimbang barang (apa sih namanya? :p) dengan bawaanku yang segambreng karena ceritanya mau pulang kampung, petugasnya mulai hitung-hitung berat dari koper ke koper, dus ke dus, kresek ke kresek dan teng tong! overweight sampai 10kg saudara-saudara! Akhirnya papah mulai pilih-pilih, mana yang bisa (terpaksa) ditenteng masuk pesawat buat ngurangin dendanya dan tersisa lah 4 kg yang harus dibayar. Sisa 6kg akhirnya Papah bagi dua sama aku, dan itu berat banget karena sebenarnya tanpa ditambah tentengan lagi pun barang-barang kami udah banyak banget, hoho!

Transit di Jakarta, semua penumpang Lion Air emang diharuskan turun dengan segala tentengannya, dan itu rempong banget buatku dan papah yang bawaannya segambreng. Ruang tunggunya pun jauh banget! Astaga dragon, waktu itu aku kesal luar biasa dan sepertinya sempat berjanji gak mau naik armada itu lagi. Tapi yasudahlah ya, setelah menunggu sekitar 1 jam di Bandara Soeta, akhirnya kita dipanggil lagi buat naik pesawat. Jam waktu itu menunjukkan pukul 22.00 WIB dan Puji Tuhan banget ternyata pesawat yang kita naiki ini lebih spacy dibanding yang sebelumnya (sempit banget) daaann penerbangannya gak pake mampir-mampir lagi di Makasar, Bali, Biak, atau Timika seperti biasanya. Flightnya langsung ke Jayapura! :D

Di pesawat yang nyaman ini aku susah tidur. Kalau penerbangannya pagi atau siang mungkin aku bisa lihat-lihat pemandangan tapi sayangnya di luar gelap. Aku gelisah di samping papah yang kelihatannya tidur dengan enaknya. Penerbangannya cukup lama karena gak pake acara transit lagi. Akhirnya aku mulai merasa ngantuk. Jam tanganku waktu itu menunjukkan sekitar pukul 03.30 WIB. Aku coba untuk menutup mata dan berhasil. Seingatku, waktu aku mau tidur langit di luar masih gelap. Sekitar setengah jam kemudian aku terbangun dan waktu lihat ke luar jendela, langitnya sudah terang! Ya. Aku sudah memasuki langit Indonesia Bagian Timur dan mataharinya lagi berproses untuk terbit alias aku berkesempatan untuk menikmati sunrise dari langit! AWESOME! Cantiknya luar biasa deh :) sayang aku gak punya kamera yang memadai buat mengabadikan moment itu. Aku harap kalian yang baca tulisan ini bisa punya kesempatan yang sama denganku waktu itu ^^

Aku lupa kapan tepatnya pesawat yang aku naiki mendarat di Bandara Sentani Jayapura, yang jelas itu sudah pagi. Turun dari pesawat, aku secara khusus langsung mencium 'Bau Papua'. Aku dan adekku Yosua yang menamainya. Baunya khas sekali, bukan bau yang gak enak tapi bau yang pasti akan tercium kalau kau mendarat di tanah Papua, di kota manapun aku rasa :) Bandara Sentani sejak terakhir kali aku tinggalkan tahun 2008 lalu sudah banyak berubah, jadi lebih baik yang pasti ^^. Turun dari eskalator (salah satu hal yang baru buatku di bandara ini), papah langsung menyuruhku menunggu di salah satu sudut dengan segambreng tentengan tadi karena papah mau antri bagasi. Aku ketemu Hesty dan Natez yang ternyata juga satu pesawat denganku dari Jakarta. Hesty juga menunggu bagasi di sisi lain, Natez melajutkan perjalanan ke hometown-nya, Merauke. Tempat antri bagasi di Bandara Sentani gak selengang di Jakarta, tapi so much better dari yang dulu aku tahu. Lama sekali! Ternyata sebagian bagasi pesawatku ada di pesawat Lion yang berikutnya dan termasuk barang-barangku dan Hesty. Orang-orang udah mulai banyak yang emosi termasuk papah, tapi yasudahlah ya.. bisa tiba di Jayapura dengan selamat wal afiat itu udah Praise the Lord banget :D. Trolley-trolley gak sembarangan bisa diambil di Bandara Sentani, para pengangkut barang udah megang masing-masing, jadilah kami pun menyewa salah satu dari mereka, but it's okay since we were so grateful that time.

Keluar dari ruang barang, kulitku langsung disambut panasnya hawa Jayapura. Papah sibuk cari taksi bandara yang berupa mobil-mobil Avanza bercap 'Taksi Bandara'. Terpilihlah salah satu mobil dan kita langsung masukin barang-barang dan naik. Taksi yang berkaca ribbon dan ber-ac ini nyaman tapi mengurangi suasana Jayapura buatku. Matahari kelihatan cantik dan aku putuskan untuk buka kaca mobilnya yang ternyata menyadarkanku kalau matahari Papua itu jauh lebih panas dari yang ada di Jawa, hehe. Dengan pedenya aku keluarkan kacamata andalanku bonus dari majalah Go Girl dan mencoba menikmati perjalanan dari Sentani menuju Kotaraja. Di jalan, papah protes karena mobilnya ber-ac dan harusnya tutup kaca, tapi aku cuek aja, hoho. Pemandangan yang akan kamu lihat kalau menyusuri jalanan dari atau ke Sentani sudah pasti adalah Danau Sentani. Beautiful and mysterious as always for me :) dan harusnya ada juga pemandangan bukit-bukit di sisi jalan sebelahnya tapiiii ternyata sedang dibuat pelebaran jalan. Bukit-bukit dikikis, bawahnya dibangun jalan raya. Masih belum berfungsi tapi sepertinya gak lama lagi.

Finally I am home! Teras rumahku sudah beda dari yang dulu aku tinggalkan, rumahku sudah direnovasi seperti layaknya gedung gereja. Ya. Aku tinggal di gereja yang di gembalai oleh papahku. Setelah angkut-angkut barang, aku masuk rumah dan udah ada mamah dengan potongan rambutnya yang lebih cepak :). Semua terasa aneh buatku. Kamar yang harusnya aku tempati ternyata sedang dipinjam sama Tante dan 2 sepupu dari Biak yang lagi liburan sekolah. Aku pulang waktu lagi liburan sekolah memang. Di rumah juga ada si kecil Jenny. Rasanya makin aneh buatku. Terjadilah apa yang disebutkan oleh mata kuliah Komuknikasi Antar Budaya --> Gegar Budaya. Insecure, nafsu makan hilang, dan lain-lain deh. Jetlag juga sama jam tidur yang walaupun cuma beda 2 jam dari Bandung tapi ngefek banget ke jam tidurku yang aslinya sangat berantakan. Kerjaanku waktu pagi tidur, siang bangun, makan, mandi, di kamar mamah papah, malam pun begitu. Pokoknya suntuk banget deh. Thank God ada Ayu, Tasya, Dona yang menyelamatkanku dari semua itu. Ayu sama Tasya sering banget jemput ke rumah ngajakin main. Berguna banget tuh buat masa orientasiku lagi di Jayapura. Thank you God, mah, pah, yu, taca.. :*

Singkat cerita, Puji Tuhan setelah 2 minggu masa menggila di rumah dengan selingan air mata, akhirnya aku bisa teken kontrak sama sebuah sekolah.  Aku dikontrak sebagai asisten guru TK 2 di Papua National Plus School Entrop Jayapura. Praise the Lord. Cerita selengkapnya nanti ada sesi khususnya. Tapi point pentingnya di sini adalah Tuhan Yesus itu baik banget. Sekarang aku sangat menikmati hari-hari gemporku sebagai anak di rumah yang tiap pagi dibikinin sarapan sama bekal sama mamah, dianter dan dikasih uang saku sama papah ke sekolah (bukan sebagai murid lagi pastinya ^^), dan sebagai guru yang sama-sama belajar sama muridnya yang lucu-lucu, cerewet, bawel, cengeng, bandel, lovely, sweet, dan ngangenin tiap harinya. Ah, what a life! Mau bilang apa lagi buat Tuhan Yesus? semua kata yang aku punya juga gak akan pernah cukup buat berTERIMAKASIH sama Dia. Jadi, ini hidupku, kupersembahkan pada-Mu ya Tuhan.

Amazing Grace, how sweet the sound
That save a wretch like me
I once was lost

But now I'm found
Was blind but now I see..

:')
                                                                                                    Kotaraja, 20 September 2012
   

Kamis, 31 Mei 2012

Besok?

Gak berasa aku udah ada di akhir bulan mei, empat bulan lebih sudah aku habiskan hari-hariku di Pare belajar bahasa inggris. Telepon dari rumah sudah menyuruh-nyuruhku untuk pulang. Aku mau pulang tapi sebenarnya kalau aku pikirkan kata pulang aku bingung mau pulang ke mana. Bukan karena aku gak punya rumah atau gak ada orang tua yang menampungku tapi rasanya hatiku masih belum mantap ingin pulang ke mana. Mungkin Pare terlalu nyaman buatku, tapi semalam aku tiba-tiba rindu sekali dengan kamar kostku di Jatinangor. Hmm..

Tapi aku akan pulang kok mah, pah, enin, adek-adekku..
Walaupun sebenarnya aku masih takut untuk memulai hidup baru di fase yang baru. Manusiawi kan?

Jadi ingat bulan Januari lalu, waktu aku bersiap-siap ke Pare. Upe sedikit banyak sudah memberi tahu kondisi di Pare seperti apa, sepertinya menyenangkan tapi aku juga takut bakal seperti apa nanti di sana. Aku mulai berimajinasi tentang kamarku, baju-baju yang akan kupakai, kelas-kelas yang akan aku masuki, teman-teman baruku, yang pada akhirnya setelah aku sampai di Pare dan hidup di sini, aku sadar kalo keakuratan bayanganku tidak sampai 50%, hehe. Ada yang lebih indah dari harapan, tapi gak sedikit juga yang gak sesuai sama yang aku mau. Walaupun kaya gitu, sampai hari ini aku masih hidup juga di Pare kok dan aku senang sekali! :D

Sebentar lagi, mungkin gak sampai seminggu lagi aku akan meninggalkan Pare menuju kota selanjutnya. Perasaan yang kurang lebih sama seperti beberapa bulan lalu mulai gentayangan lagi di otakku. Kali ini mamah yang memberi tahu kondisi apa yang akan aku hadapi nanti, dan aku menilainya sebagai sesuatu yang tidak terlalu menyenangkan. We"ll see.. Semoga, semoga dan semoga ekspektasiku akan masa depanku tidak seakurat seperti yang ada dalam pikiranku sekarang. Aku takut sekarang, tapi aku akan tetap maju. For God never leave me.. I put my trust in You, Jesus :)

Minggu, 05 Februari 2012

Hello Pare!

Ini adalah hari ke-12 sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku di Stasiun Kediri menuju Pare, sebuah kota kecil atau mungkin juga disebut kabupaten yang terkenal dengan "Kampung Inggris"-nya.

Adalah sebuah keputusan besar untukku bisa sampai ke Pare dalam rangka belajar bahasa Inggris ini. Dengan berbagai pertimbangan dan kekhawatiran dari orang tua, akhirnya aku bisa meyakinkan diriku dan juga mereka kalau keputusan ini jauh lebih baik dari yang lainnya seperti pulang ke Jayapura misalnya :D

Di Pare, ada banyak sekali tempat kursus bahasa Inggris. Ada beberapa yang memang sudah punya nama, tapi banyak juga yang masih merintis usaha mereka. Beruntung ada Upe yang udah duluan tiba di Pare, dia yang mendaftarkanku ke Elfast untuk kelas Basic Program I, salah satu tempat kursus terbaik di sini dan juga kelas Bridge Speaking di Peace Academy. Kelas-kelasnya dibuka setiap tanggal 10 dan 25 tiap bulannya. Untuk tempat-tempat yang sudah punya nama, harus mendaftar jauh-jauh hari sebelum kelas dimulai.

Aku berangkat pukul 15.30 dari Stasiun Bandung dengan kereta Malabar Ekpress, duduk di bangku 12A kelas eksekutif seharga Rp.255.000,-. Menurut jadwal, harusnya aku sudah tiba di Kediri pukul 03.30 tapi untungnya perjalanan ngaret. Setelah melawati Stasiun Kertosono, akhirnya sekitar jam 04.30 aku turun di Stasiun Kediri. Karena tidak dijemput Upe, aku harus menunggu sampai terang untuk melanjutkan perjalanan naik becak seharga Rp.15.000,- ke tempat ngetemnya angkot Kediri-Pare. Kata Upe, harusnya harga becaknya Rp.10.000,- saja, tapi ya sudahlah.. Sampai di tempat angkot, aku langsung naik di kursi sebelah supir. Angkotnya masih kosong dan setelah menunggu sekitar 20 menit akhirnya datang juga serombongan anak muda yang juga menuju Pare (pada akhirnya mereka jadi teman sekelasku di Elfast).

Aku turun di depan toko Al-Amin, Pare sekitar pukul 07.00 kurang dan langsung dijemput Upe. Ternyata camp kami tidak jauh dari situ. Karena tiba tanggal 25 Januari, bertepatan dengan kelas baru dimulai, rencananya aku mau ijin sehari untuk istirahat, tapi akhirnya aku gak pake mandi langsung ikut Upe ke kelas speaking. Felt lil'bit hangover but it's okay :). Oia, di Pare kebanyakan orang bertransportasi menggunakan sepeda yang ada keranjang di depannya. Untung waktu itu, my new friend here, Abida punya sepeda nganggur, jadi sampai sekarang aku yang pakai.

12 hari di sini, so far so good, thank God! I'll tell you later the detail. About new friends, classes, food, camp, church, and many else. It is so exciting!

Thank you, Lord, Mom, Dad for this opportunity. Love You :*